Tanggapan Untuk Greenpeace Sep 2019, Foto Team Pemadam
Jakarta, 27 September 2019
TANGGAPAN ATAS SURAT GREENPEACE TERTANGGAL 19 SEPTEMBER 2019 DAN PUBLIKASI GREENPEACE TANGGAL 24 SEPTEMBER 2019
Mempelajari surat Greenpeace yang disampaikan kepada kami tertanggal 19 September 2019 dan publikasi Greenpeace tertanggal 24 September 2019, dapat kami sampaikan tanggapan sebagai berikut:
- Secara prinsip, kendati orientasi target pangsa pasar kami adalah domestik, kami senantiasa memperhatikan, mengadopsi dan mengimplementasikan tata kelola perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan dan khususnya sejak awal kami memasuki sektor perkebunan kelapa sawit telah menerapkan zero burn policy / kebijakan pembukaan lahan tanpa bakar.
- Bahwa kami kurang dapat memahami yang dimaksud “PT. Samora Usaha Jaya (A)”, dimana anak perusahaan kami hanya terdapat satu PT. Samora Usaha Jaya dan tidak terdapat “(A)”, atau “(B)” atau “(C)” dan sebagainya
- Mengutip satu paragraf bagian surat yang disampaikan:
“Berdasarkan analisis pemetaan Greenpeace Indonesia pada periode 2015-2018 (yang menggunakan data konsesi perusahaan-perusahaan), kami menemukan dalam bentuk luasan 17.800 hektar lahan terbakar atau bekas terbakar terdapat pada area konsesi yang Bapak / Ibu miliki dan usahakan atau mempunyai hubungan dengan perusahaan Bapak/Ibu. Rincian area terbakar adalah sebagai berikut, PT. Samora Usaha Jaya (A), Sumatera Selatan (17.000 ha).”adalah merupakan penyajian data yang tidak benar dimana hingga 31 Desember 2018 luas lahan yang kami miliki tidak sebesar yang dimaksud dan luas areal tertanam kami juga belum mencapai 7.000 Ha (tujuh ribu hektar).
- Berbasis kepada tautan yang diberikan http://geoportal.menlhk.go.id/arcgis/rest/services/KLHK/.:
4.1 |
Menelusuri citra pada lokasi kebun kami berbasis data 2016 – 2018 sebagaimana yang tersedia pada tautan tersebut, dapat kami konfirmasi bahwa indikasi areal terbakar (burn area) bukan berada pada lokasi kebun kami |
4.2 |
Kebetulan kami menemukan satu contoh arsiran indikasi areal terbakar yang tidak akurat terhadap penampakan asap, yang merupakan konfirmasi bahwa tautan tersebut adalah merupakan peta indikatif areal terbakar dan belum dapat dipastikan sebagai areal terbakar.
(Terlampir) |
- Kebetulan pada bulan Oktober 2018 yang juga merupakan akhir puncak musim kemarau tahun 2018, kebun kami mendapat kunjungan dari salah satu mitra dagang kami yang turut didampingi oleh tim para ahli lingkungan (GEC maupun Proforest) yang juga sempat bermalam di kebun kami dan yang juga telah turut menerbangkan drone di kawasan kebun kami tersebut dan memang tidak dijumpai adanya areal terbakar maupun bekas terbakar di areal kebun kami tersebut, baik pada areal yang telah tertanam maupun yang belum tertanam.
- Kami sangat menyayangkan atas publikasi Greenpeace 24 Sep 2019 yang tidak didukung data dan atau bukti akurat serta di tengah keprihatinan seluruh pelaku industri kelapa sawit di Indonesia termasuk masyarakat petani pemasok TBS di Indonesia 3 (tiga) tahun terakhir ini.
Demikian klarifikasi ini kami sampaikan dengan terbuka untuk menerima masukan yang konstruktif demi kemajuan dan kebaikan industri kelapa sawit di Indonesia.
Terima kasih